SIPUT LOLA BUDIDAYA DAN RESTOCKONG
Di Indonesia, lola dieksploitasi untuk diambil daging dan cangkangnya.
Harga cangkang di pasar lokal bervariasi antara Rp.45.000/Kg – Rp. 64.000/Kg tergantung ukuran dan kualitas cangkang, sementara di Vietnam, cangkang lola mempunyai harga berkisar antara 40.000 – 70.000 Vietnamese dongs (VND)/Kg (Rp. 19.000 – Rp. 33.250,-) sedangkan daging lola mempunyai harga 150.000 VND/Kg (Rp.71.250/Kg).
Tingginya permintaan pasar terhadap daging dan cangkang lola
mengakibatkan terjadinya exploitasi berlebih. Saat ini banyak negara telah
menetapkan siput lola khususnya spesies Trochus
niloticus sebagai spesies yang dilindungi seperti misalnya Indonesia yang ditetapkan
oleh Menteri Kehutanan, di Vietnam ditetapkan pada “buku merah”.
Permasalahan yang dihadapi saat ini antara lain adalah
meningkatnya permintaan cangkang lola, baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun
ekspor yang menyebabkan terjadinya eksploitasi berlebih.
Usaha budidaya siput lola dinilai potensial dari sisi
ekonomi karena selain dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir juga
dapat meningkatkan devisa.
Mengingat bahwa siput lola betina memiliki siklus reproduksi
yang cukup panjang, maka pemeliharaan beberapa induk saja di laboratorium tidak
menaikan tingkat keberhasilan pemijahan.
Sebaliknya pemeliharaan di alam dengan jumlah siput lola
yang cukup banyak akan memberikan peluang keberhasilan yang lebih besar.
Berbagai penelitian biologi reproduksi memberi petunjuk
bahwa siput lola cenderung memijah sepanjang tahun. Ini berarti gonad matang
dapat diperoleh setiap bula, sehingga pematangan gonad buatan tidak perlu
dilakukan. Pemberian pakan yang memenuhi syarat baik dalam jumlah maupun
kualitas dipandang perlu bagi induk dan siput lola untuk melakukan proses reproduksi
secara normal.
Metamerfosa adalah suatu masa di dalam kehidupan
invertebrata pada umumnya dan moluska pada khususnya, dimana larva mengalami
perubahan besar dan penting dalam periode yang sangat penting dalam periode
yang sangat singkat baik ditinjau dari aspek morfologi, anatomi maupun
fisiologi sehingga dikategorikan sebagai salah satu fase kritis dalam kehidupan
larva.
Pemeliharaan dilakukan di laboratorium mulai dari telur umur
0 jam. Larva dipelihara dalam bak akuarium yang terjaga kebersihannya sampai
mencapai stadia D (Veliger). Kemudian
setelah mencapai fase anakan dilakukan seleksi untuk dipelihara dalam keramba
budidaya yang telah disediakan.
Larva siput lola yang dipelihara di dalam fiberglass
berkembang baik apabila ditunjang dengan pakan yang cukup. Larva siput lola
yang mencapai umur 40 hari bila dilihat di bawah mikroskop maka tampak sudah
mempunyai organ tubuh seperti daging dan lidah yang digunakan untuk merayap,
pada umur ini larva lola juga sudah tampak kedua antenanya yang dijulurkan ke
depan bila aktif bergerak. Larva ini mempunyai ukuran mulut adalah 65,51 µm.
rehabilitasi sumberdaya dan memperkaya stok siput lola telah
menjadi isu global. Solusi yang paling efektif adalah dengan cara recovering dan restocking sumberdaya siput lola melalui budidaya untuk
menghasilkan larva dan juvenil.
Penyediaan benih siput lola untuk restocking perlu dilakukan
mengingat di alam populasinya semakin berkurang dan terancam punah.
Restocking siput lola dilakukan apabila anakan lola telah
mencapai unur sekitar satu tahun dengan ukuran diameter mulut rata-rata 3-4 cm
dengan ditandai oleh munculnya operculum pada bagian mulut siput lola.
Panen siput lola dapat dilakukan setelah cangkang siput lola
dapat mencapai ukuran minimal 6,5cm atau dalam waktu dua tahun setelah
penebaran anakan di alam.